“Memang agak panas, mencapai 32 derajat celsius, tetapi tidak ekstrim seperti di Riau,” kata Kepala Observasi dan Informasi BMKG Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Syafrizal, yang dihubungi Singgalang, Senin (4/3).
Dijelaskan, suhu yang panas tersebut karena masa peralihan dari musim hujan ke kemarau dan posisi Matahari yang mendekati Ekuator.
“Kondisi ini hampir berlangsung di seluruh Indonesia. Untungnya geografis Sumbar sangat mendukung turunnya hujan, sehingga meski panas, tetapi tetap berpeluang turun hujan,” lanjutnya.
Hanya saja saat ini pola angin masih menyebar, sehingga sulit terbentuknya awan. Alhasil hujan masih sulit terjadi, tetapi masih terus berpeluang. “Belum ada yang perlu dikhawatirkan,” tegas Syafrizal lagi.
Untuk itu ia meminta warga tak perlu resah dengan kondisi sekarang. Apalagi ada yang mengaitkan-ngaitkan dengan gejala alam lain seperti gempa besar. “Tidak ada gejala lain, apalagi gempa yang hingga saat ini belum bisa dideteksi kapan terjadinya,” lanjutnya lagi.
Cuaca panas memang sangat dirasakan warga Sumbar beberapa hari terakhir. Tidak hanya siang, di malam hari, udara terasa lebih panas dari biasanya. “Panasnya bikin berkeringat terus, dan memicu kelelahan,” Wandi ujar salah seorang PNS saat makan siang di sebuah warung di Padang Pasir, Padang Barat kemarin.
Hal yang sama juga dituturkan Vivi, warga Kuranji, Padang. “Cuaca panas memicu sakit kepala,” katanya. Ia bahkan sempat mendengar ada isu cuaca panas ini pertanda akan terjadi gempa besar.
Sementara di Pekanbaru dilaporkan Cuaca panas menyengat diperkirakan bakal melanda sebagian besar wilayah Provinsi Riau hingga pekan ketiga Maret ini. Dikutip suaramerdeka.com, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat memprakirakan temperatur udara akan mencapai 35 derajat Celsius. “Hal itu disebabkan matahari yang terus ber gerak mendekati ekuator atau garis katulistiwa,” kata Analis BMKG Pekanbaru, Slamet Riyadi, Minggu (3/3).
“Kalau sekitar 32 derajat celsius artinya masih normal,” kata Kasi Observasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tabing, Syafrizal ketika dihubungi Singgalang melalui selulernya, Senin (4/3).
Dalam waktu dekat, matahari akan sejajar dengan garis katulistiwa. Masyarakat di garis tersebut akan merasakan panas. “Kalau pada siang hari, kita berjalan di tengah terik matahari tersebut tidak akan menampakan bayangan,” kata dia.
Kawasan Bonjol merupakan salah satu daerah di Sumbar yang berada pada garis katulistiwa. Fenomena alam itu akan berlangsung hingga 23 Maret.
“Bisa dilihat pada fenomena alam tersebut, pergerakan awan tidak ada alias buyar. Langit cerah dan cahaya matahari langsung ke bumi,” ucapnya.
harian singgalang
Berbagi informasi seputar Sumbar • Pertama dan Terbesar • #PantunMinang #Event #News #Loker • Untuk Promosi/Kerjasama: contact@infosumbar.net
0 comments :
Posting Komentar