Cerahnya cuaca di Kota Serambi Mekkah seakan mendukung perhelatan besar untuk membentuk paradigma baru dalam peradaban Melayu. Wajah Kampus ISI Padangpanjang sebagai tuan rumah Sea MAF, tampak meriah dengan aneka spanduk, baliho, karangan bunga dan berbagai atribut terkait pagelaran seni terbesar pertama di Indonesia itu.
Di antara kemeriahan atribut dan pengunjung di kampus seni itu, sebuah relif kapal berdiri kokoh di tengah lapangan bola kampus.
Tak ayal, kreativitas ini menyita perhatian pengunjung. Replika kapal ini terbuat dari bambu tanpa polesan cat dan aksesoris. Relif itu tersempurnakan dengan kontur bambu bagian pucuk yang membentuk anjungan kapal secara alami. Replika kapal ini mengandung beberapa filosofi ketika berbicara tentang Melayu.
Konseptor relif kapal berukuran 22x4 meter itu, Amzah mengatakan, replika kapal ini menyimbolkan perjalanan dan perkembangan budaya Melayu di seantero nusantara dalam menyebarkan kebudayaan dengan cara berdagang.
Secara geografis, rumpun Melayu yang terdiri dari berbagai kerajaan, merupakan wilayah maritim. Sehingga untuk melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya melakukan perdagangan, menggunakan kapal sebagai alat transportasi.
”Melayu itu dulunya adalah mencakup kesultanan-kesultanan di wilayah nusantara. Makanya, saya berpandangan bahwa perkembangan peradaban Melayu tidak terlepas dari pemanfaatan kapal sebagai alat mencapai suatu tujuan,” tutur Amzah yang juga dosen seni rupa ISI Padangpanjang itu.
Sedangkan 800 batang bambu sebagai material, kata Amzah, menggambarkan suatu kesatuan yang kokoh dan elastis. Bambu adalah tumbuhan berupa rumpunan yang tahan kokoh terhadap terpaan angin. “Filosofi bambu ini, menggambarkan bahwa rumpun Melayu tidak semestinya hidup terpisah. Sebaliknya tumbuh besar dalam satu rangkuman, meski dibedakan besar dan kecil seperti kenegaraan. Kekokohan batang bambu, menggambarkan sebuah harapan kebersamaan yang tidak bisa dirusak oleh apa pun,” ungkapnya.
Demikian juga bambu tanpa dicat, pesannya bahwa kebudayaan Melayu tidak semestinya hilang atau memudar. “Diumpamakan dengan cat, dipastikan mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu,” jelasnya.
Sederhana tapi tidak mudah. Meski relif kapal yang berukuran tidak besar mengunakan batang bambu tidak dicat dan dibentuk, namun memakan waktu hingga lima bulan sampai selesai.
”Terkesan memang mudah dalam pembuatannya. Tapi untuk sampai pada sebuah perwujudan kapal seperti ini, tidak semerta-merta langsung jadi. Pengkajian hingga layak dijadikan simbol peradaban Melayu, membutuhkan waktu hingga empat bulan lamanya,” pungkas Amzah.
Pamerkan Ratusan Artefak
Rangkaian Southeast Asia Malay Festival (Sea MAF) juga diisi dengan pameran artefak dan regalia Kesultanan Nusantara. Pameran berlangsung sampai Kamis (29/11) ini, digelar dan dibuka di Rumah Budaya Fadli Zon, siang kemarin (26/11).
Ratusan artefak, baik asli, replika maupun foto yang dipamerkan merupakan high light kekayaan peninggalan budaya Melayu. Ada di antaranya artefak pada abad 10 sebelum Masehi dan koleksi berumur 2.000 tahun. “Semua itu bukti peradaban bangsa. Saya memandang bahwa bangsa yang beradab adalah yang bisa menghargai kebudayaan,” sebut Fadli Zon, pemilik Rumah Budaya itu.
Wali Kota Padangpanjang, Suir Syam menyampaikan, pameran ini menggambarkan besar dan kuatnya nenek moyang bangsa ini pada dulu kala. “Melalui pameran ini, kita berharap bisa membuka mata kita bahwa bangsa ini terlahir dari orang-orang pemberani,” tutur Suir Syam sebelum pembukaan pameran dengan pemukulan gong dan pengguntingan pita.
Koordinator Pameran Artefak Sea MAF, Erizal mengatakan, kegiatan yang dirancang sejak 4 bulan ini nyaris tidak terlaksana karena satu bulan setelah surat dilayang ke kepala beberapa museum di Indonesia tak ada balasan. “Namun setelah jemput bola, akhirnya dapat diwujudkan dengan sedikitnya 10 museum ikut berpartisipasi,” papar Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Padangpanjang. (yuwardi)
Berbagi informasi seputar Sumbar • Pertama dan Terbesar • #PantunMinang #Event #News #Loker • Untuk Promosi/Kerjasama: contact@infosumbar.net
0 comments :
Posting Komentar